Welcome to hidayah's blog..... matur thank you nggiih..

KAWASAN PEMANFAATAN (MEDIA DIFUSI - INOVASI)

00.00 Edit This 0 Comments »
BAB I
PENDAHULUAN

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Fungsi pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan antara pembelajaran dengan bahan atau system pembelajaran. Mereka yang terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokkan pembelajaran dengan bahan dan aktivitas yang spesifik, menyiapakan pembelajaran agar dapat berinteraksi dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pembelajaran, serta memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan.
Kawasan pemanfaatan merupakan kawasan Teknologi Pembelajan, mendahului kawasan desain dan produksi media pembelajaran yang sistematis. Usaha membuat pengajaran lebih konkret dengan menggunakan media banyak dilakukan orang. Berbagai jenis media memiliki nilai kegunaan masing-masing.

BAB II
PEMBAHASAN

  1. PENGERTIAN KAWASAN PEMANFAATAN
Menurut Barbara (1994 :50), pemanfaatan adalah aktifitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran. Misalnya bagaimana suatu film diperkenalkan atau ditindak lanjuti dan dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan.
Prinsisp-prinsip pemanfaatan juga dikaitkan dengan karakteristik pembelajaran. Seseorang yang belajar mungkin memerlukan bantuan ketrampilan visual atau verbal agar dapat menarik keuntungan dari praktek atau sumber belajar.

  1. MEDIA
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang artinya secara harfiah berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Dalam bahasa Arab, Media adalah perantara (ﻮﺴﺎﺌﻞ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuaat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap.
Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektrolis untuk menangkap, memperoleh dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
AECT(1977),  memberi batasan tentang media sebagai berikut segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.  Sedangkan menurut Fleming (1987 : 234), media adalah penyebab atau alat yang turut ikut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya.
Jadi, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa.
Pada tahun 50-an, media disebut sebagai alat bantu audio-visual, karena pada masa itu peranan media memang semata-mata untuk membantu guru dalam mengajar. Berbagai bentuk media dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar kearah yang lebih konkret. Pengajaran dengan menggunakan media tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata (symbol verbal), sehingga dapat kita harapkan diperolehnya hasil pengalaman belajar yang lebih berarti bagi siswa.
  1. ANEKA RAGAM MEDIA (DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN CIRI-CIRI TERTENTU)
Menurut Brets, ada beberapa kelompok media berdasarkan 3 ciri yaitu : suara (audio), bentuk (visual), dan gerak (motion).


  • Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat.
Contoh : Televisi, film bergerak, dsb.

  • Media audio-still-visual yakni media yang mempunyai suara, objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan.
Contoh : film strip bersuara, slide bersuara.

  • Media audio-semi motion yakni media yang mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh.

Contoh :papan tulis jarak jauh, tele-background.

  • Media motio-visual yakni media yang mempunyai ganbar objek bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara.

Contoh : film bisu yang bergerak.

  • Media still-visual yakni media yang mempunyai objek namun tidak ada gerakan.

Contoh : slide tanpa suara.

  • Media audio yakni media yang hanya menggunakan suara.

Contoh : radio, telepon, dsb.

  • Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis.

Contoh : buku, modul dan pamflet.
Disamping penggolongan menurut Brets tersebut diatas, masih ada kelompok media yang lain dalam bentuk objek nyata, baik itu berupa benda, hewan, tumbuhan, dan bahkan manusia sendiri, yang dapat berfungsi sebagai media dalam pengajaran. Kelompok ini disebut realia. (R. Ibrahim, 1996 : 114)
Dapat disimpulkan bahawa berbagai jenis media tersebut pada dasarnya dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar, yaitu media cetak, media elektronik, dan objek nyata tau realia.

  1. FUNGSI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Menurut Levied dan Lentz (1982), mengemukakan 4 fungsi media pembelajan , khususnya media visual, yaitu a) fungsi atensi, b) fungsi afeksi, c) fungsi kognitif, dan d) fungsi kompensatoris.
Sedangkan menurut Yudhi Munadi (2008 : 37), membagi fungsi media menjadi lima, yakni :
1)      Fungsi media sebagai sumber belajar
2)      Fungsi semantik
Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (symbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalitas).
3)      Fungsi manipulatif
Fungsi ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya.
4)      Fungsi Atensi
Media pembelajaran dapat meningkatakan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar.
5)      Fungsi Sosio-Kultural
Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural anatar peserta komunikasi pembelajaran.
Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai (1992 : 2), mengemukakan fungsi media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :
  1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan dapat menumbuhkan motivasi belajar.
  2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinnya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
  3. Metode mengajar akan lebih bervariasi.
  4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
  5. CIRI-CIRI MEDIA PENDIDIKAN
Gerlach & Ely (1971), mengemukakan tiga cirri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.
  1. Ciri Fiksatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurutkan dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape,film, dsb.
  1. Ciri Manipulatif
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki cirri manipulative. Kejadian yang memekan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
Misalnya, bagaimana proses larva kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit rekaman dapat menghemat waktu.
  1. Ciri Distributif
Ciri distributive dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secaraasamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu.

  1. DIFUSI INOVASI  
  2. PENGERTIAN INOVASI
Secara umum, Inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan Inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.
  1.                             II.            PENGERTIAN DIFUSI
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.

  1. UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI
Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi:
  1. Inovasi
  2. Saluran komunikasi
Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain.
Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi:
  1. Inovasi itu sendiri
  2. Seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi
  3. orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi
  4. saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.
  1. Kurun waktu tertentu; dan.
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal:
  1. Proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi
  2. Keinovatian individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir)
  3. Rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.
  4. Sistem sosial
Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.

  1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVUSI INOVASI
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan utama proses difusi adalah agar diadopsinya suatu inovasi. Namun demikian, seperti terlihat dalam model proses keputusan inovasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi tersebut.
Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi.
  1. a.    Karakteristik Inovasi
Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:
1) keunggulan relatif (relative advantage),
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
2) kompatibilitas (compatibility)
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).
3) kerumitan (complexity)
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
4) kemampuan diuji cobakan (trialability)
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukkan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
5) kemampuan diamati (observability).
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.
  1. b.      Saluran Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh:
1) partisipan komunikasi
2) saluran komunikasi.
Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar derajat kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi terjadi. Begitu pula sebaliknya, Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan (heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil “heterophily”.
Sementara itu, saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain.
Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap penetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.
3) saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter)
4) saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan saluran local bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).
  1. c.       Karakteristik Sistem Sosial
Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah:
1) struktur sosial (social structure)
2) norma sistem (system norms)
3) pemimpin opini (opinion leaders)
4) agen perubah (change agent).
Struktur social adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu (unit) dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem social dimana individu tersebut berada.
Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem social yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem social. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi denan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.
“Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana prilakunya (baik mendukung atau menentan) diikuti oleh para penikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh (opinion leaders) memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.
  1. JENIS & AKIBAT-AKIBAT KEPUTUSAN INOVASI
a.  Jenis-jenis Keputusan Inovasi:
1. Keputusan inovasi kolektif
2. Keputusan inovasi otoritatif
3. Keputusan inovasi kontingensi
4. Keputusan Inovasi Pilihan
b.  Akibat-akibat Inovasi
1. Diinginkan >< Tidak diinginkan
2. Langsung >< Tidak langsung
3. Diantisipasi >< Tidak Diantisipasi


BAB III
PENUTUP


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran. Misalnya bagaimana suatu film diperkenalkan atau ditindak lanjuti dan dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan.  Dengan demikian pemanfaatan menuntut adanya penggunaan, difusi, implementasi dan pelembagaan yang sistematis.




DAFTAR PUSTAKA

Arief S Sadimin. Media Pendidikan. Jakarta : Pustekkom Dikbud dan PT Raja Grafindo
Azhar Arsyad. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo
Barbara B Seels. 1994. Teknologi PembelajaranDefinisi dan Kawasannya. Jakarta : Unit Percetakan UNJ
R. Ibrahim. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : RINEKA CIPTA
Rohmat. 2009. Terapan Teori Teknologi Instruksional. Yogyakarta : Logung Pustaka
Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Pers

0 komentar: